Rahim Pengganti

Bab 79 "Haruskah Mengalah"



Bab 79 "Haruskah Mengalah"

0Bab 79     
1

"Haruskah mengalah?"     

Carissa terdiam wanita itu bingung bersikap seperti apa di saat suami nya meminta untuk terus bertahan dan akan menyelesaikan semua nya. Namun, di saat itu juga, diri nya seolah di beritahukan soal sebuah kenyataan.     

Saat pergi ke spa, untuk perawatan Melody. Siska dan Carissa mampir lebih dulu ke rumah sakit untuk mengambil obat rutin yang dikonsumsi oleh Mama Ratih. Pertemuan tak terduga, mereka di depan ruangan dokter kandungan membuat Carissa seperti saat ini.     

Dengan linangan air mata, di dalam mobil Carissa hanya bisa menangis. Melihat sang bund mengeluarkan air mata nya, di situ juga Melody ikut menangis. Siska sudah menahan emosi nya, gadia itu berusaha untuk tetap menahan semua keinginannya.     

Cukup lama Carissa di sana, mencoba untuk tenang menghadapi semuanya. Mencoba bertahan namun, tidak sanggup.     

"Kita pulang aja ya dek," ujar Carissa. Siska menggangukkan kepala nya wanita itu mengerti dengan apa yang saat ini dirasakan oleh, sang kakak ipar dengan segera Siska membawa mobil tersebut melaju pergi ke suatu tempat.     

Siska mengajak Carissa dan Melody ke apartemen milik Elang. Entah sejak kapan kedua manusia itu dekat, hingga Elang memberikan apartemen nya bisa di akses oleh Siska. Tidak mau terlalu ikut campur, Carissa hanya diam dan mengikuti kemana Siska mengajaknya.     

***     

Di lain tempat, Bian hanya bisa terdiam pria itu berubah untuk meninggalkan Della namun, tidak bisa ketika Della menangis karena tahu dirinya akan meninggalkannya.     

"Kamu jahat Mas. Aku ... aku sudah tidak akan lama lagi, aku cuma mau sama aku tapi sekarang kamu mau tinggal, kan aku."     

Tangisan itu pecah, melihat hal itu jiwa Bian lemah. Alasan kenapa Bian membebaskan Della karena, wanita itu di diagnosa mengalami kanker rahim yang mengakibatkan membutuhkan perawatan yang lebih baik. Dan pertemuan Bian dengan Carissa di dekat ruangan dokter kandungan tadi karena jadwal kontrol Della.     

Bukan hanya karena sakit yang di derita oleh Della, namun ada sesuatu hal lain nya yang membuat Bian harus bersikap seperti itu. Bukan karena perasaan cinta di kami dirinya, tapi ada suatu urusan yang harus di selesaikan secepat mungkin.     

Della mencoba untuk duduk di samping Bian lalu memeluk laki laki itu dengan penuh mesra, hingga tanpa kedua nya tahu ada seseorang yang memotret hal tersebut.     

"Sudah lah, jangan menangis aku di sini," ujar Bian. Tangan nya naik untuk mengusap punggung, Della. Pelukan yang diberikan Della masih sangat hangat seperti dulu, dan hal tersebut membuat Bian melemah.     

"Kita pulang," ajak Bian. Tanpa banyak bantahan, Della segera menuruti apa yang di ucapkan oleh suami nya itu. Namun, siapa saja Della memberikan tanda oke kepada orang yang tadi memotretnya. Wanita itu terlihat sangat bahagia, di balik air mata yang diri nya tuangkan.     

"Sampai kapan kamu akan bertahan, Carissa!!" gumam Della di dalam hati.     

***     

Elang langsung menuju apartemen yang ada di kawasan elite saat mendengar kabar dari Siska mengenai apa yang mereka lihat. Pria itu tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Bian ternyata sudah sangat jauh.     

Pria itu mengerti mengenai status Bian dan Della tapi alangkah bodoh nya Bian masih mau menerima Della dengan apa yang sudah terjadi, dan kenyataan yang tidak bisa di bohongi.     

Ting     

Suara pintu terbuka, Siska yang saat ini sedang membuatkan teh di dapur segera menoleh. Terlihat di sana Elang masuk dengan raut wajah lelah.     

"Carissa dan Melody di mana?" tanya Elang.     

"Melody tertidur bersama mbak Caca di dalam kamar, sepertinya mereka sangat lelah. Anak itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang Mama," ujar Siska. Elang mendekati Siska, pria itu segera memeluk wanita nya.     

Hubungan Elang dan Siska sudah lebih jauh dari hal lainnya, keduanya mencoba menjalin hubungan tanpa orang lain tahu. Bukan karena Elang, tidak ingin tapi Siska yang masih belum mau karena masih berusaha menjelaskan semuanya kepada Bian.     

Kedua bibir itu bertemu, ciuman mesra yang tidak menuntut itu kembali terjadi. Kali ini keduanya saling memberikan kasih sayang, saling membutuhkan tidak ada sesuatu hal yang ditutupi. Keduanya memberikan perasaan satu dengan lainnya, ciuman itu terus berlanjut hingga Elang membawa tubuh gadisnya menuju sofa ruang keluarga.     

Di sofa tersebut, keduanya saling melumat menghisap satu dengan lainnya, tangan Elang tidak tinggal diam. Pria itu sudah meremas kedua bukit kembar yang sangat indah di mata pria itu. Satu demi satu kancing kemeja yang di gunakan oleh Siska juga sudah terbuka.     

Ciuman itu beralih menuju leher, hingga dada milik Siska. Elang selalu meninggalkan jejak kepemilikan di sana, suara desahan karena perlakuaan Elang hingga bibir manis milik Elang sudah menghisap kedua bukit kembar yang sangat menggoda.     

Elang seperti orang bayi yang menghisap dengan sangat lapar, dengan sekali hentakan Elang berhasil membuat keduanya menyatu.     

"Mas!!" pekik kaget Siska. Keduanya belum pernah sampai di titik itu, tapi kali ini dari sorot mata Elang terlihat jelas kabut gairah. Elang membawa Siska masuk ke dalam kamarnya, keduanya hampir tidak mengenakan pakaian.     

Di dalam kamar tanpa melepaskan ciuman mereka, Elang meletakkan Siska di atas tempat tidur. Pria itu lalu menatap ke arah Siska melihata dengan penuh gairah hingga Siska menganggukkan kepalanya, mendapatkan persetujuan itu, Elang langsung menghentakkan dirinya di bawah sana.     

***     

Peluh, masih mengalir dengan sangat deras. Permainan panas keduanya baru selesai, hal pernah yang dilakukan oleh keduanya. Sesuatu yang seharusnya tidak keduanya lakukan tapi cinta dan gairah sudah menyelimuti Elang dan Siska.     

"Aku cinta kamu ka. Maaf sudah membuat kamu seperti ini, tapi ini lah jalannya supaya kamu jadi milik aku," ucap Elang lalu mengecup dahi Siska cukup lama. Pria itu kembali memeluk wanita nya, dengan begitu erat.     

Di dalam kamar berbeda, Carissa hanya diam menatap ke arah anak nya yang tertidur dengan nyenyak. Wanita itu sudah mendapatkan hasil foto antara Bian dan Della yang begitu mesra.     

Jangan tanyakan siapa yang mengirim, karena Caca juga tidak tahu sebuah nomor asing memberikan tangkapan foto kedua manusia itu. Hati Carissa menjerit ketika melihat hal itu, rasanya sangat sakit melihat suaminya bersama dengan wanita lain.     

"Kenapa Mas? Kenapa, haruskah aku mengalah untuk kalian berdua? Haruskah aku pergi, dengan sejuta rasa sakit ini," ucap Carissa dengan derai air mata yang mengalir. Carissa sudah tidak sanggup, wanita itu tidak kuat akan semua hal yang terjadi. Dengan perasaan campur aduk, Carissa membawa Melody dan dekapannya.     

Tanpa meminta izin kepada kedua orang yang sedang bergulat di atas tempat tidur, Carissa meninggalkan apartemen tersebut.     

***     

"Bangsat, cepat kalian cari istri saya sekarang juga. Saya tidak mau tahu," pekik Bian dengan nada kesal. Pria itu baru saja pulang ke rumah dan mendapati jika anak dan istrinya tidak ada di dalam rumah.     

Carissa dan Melody bukan hanya pergi, tapi meninggalkan rumah. Wanita itu membawa semua pakaian miliknya, mendapatkan hal itu membuat Bian menghancurkan seluruh barang yang ada di sana, pria itu tidak bisa menerima hal ini.     

"Kamu di mana Sayang," gumamnya dengan nada yang sangat rendah.     

##     

Mampus. Kalau sudah begini, baru terasa. Ha ha ha. Selamat membaca yaa, bahagia terus buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.